Banyaknya perceraian terjadi karena istri/suami tidak menyadari
posisi masing2. Begitu pula kadang istri kurang menghormati ibu
mertuanya sehingga bisa konflik bukan hanya dengan suami, tapi juga
dengan ibu mertuanya.
Padahal Islam sudah mengatur posisi masing-masing. Ibarat tentara,
Ada Jendral, ada Kapten, dan ada Kopral. Kopral harus menghormati Kapten
dan Kapten harus menghormati Jenderal. Sehingga ada keteraturan.
Sebaliknya kalau semua merasa jenderal, maka yang ada kekacauan.
Meski demikian Islam juga mengajarkan agar pemimpin tidak
sewenang-wenang dan menyayangi orang yang dipimpinnya. Seorang suami
misalnya punya kewajiban menafkahi secara lahir dan batin pada
keluarganya.
Dalam Islam ketaatan ditujukan kepada Allah, kemudian kepada RasulNya, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu, seorang pria wajib berbakti kepada ibunya. Setelah itu kepada ayahnya.
Sebaliknya seorang istri wajib berbakti kepada suaminya. Tidak pantas seorang istri mengatur-ngatur suami bahkan membuat suaminya takut kepada istri.
Berikut hadits-hadits tentang itu.
-
Seorang pria harus berbakti pada ibunya:
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab:
Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian
ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab:
Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian
ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Nabi saw. memohon izin untuk ikut berperang. Nabi saw. bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw. bersabda: Maka kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623)
Seseorang datang menghadap Nabi saw. memohon izin untuk ikut berperang. Nabi saw. bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw. bersabda: Maka kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623)
-
Ada pun seorang istri harus berbakti pada suaminya.
Sebab pada ijab-qabul, maka ayah mempelai wanita sebagai wali telah menyerahkan anaknya kepada sang suami.
Seorang istri harus berbakti pada suaminya:
Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka dia (isteri itu) akan masuk surga. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
Allah Swt kelak tidak akan memandang (memperhatikan) seorang wanita
yang tidak bersyukur kepada suaminya meskipun selamanya dia membutuhkan
suaminya. (HR. Al Hakim)
Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami dan
memperlakukannya dengan benar dan jujur, mentaati perintahnya dan tidak
ke luar (meninggalkan) rumah kecuali dengan ijin suaminya, tidak
memasukkan ke rumahnya orang-orang yang tidak disukai suaminya. (HR.
Ath-Thabrani)
Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya ada di rumah, kecuali dengan seijin suaminya. (Mutafaq’alaih)
Tidak dibenarkan seorang wanita memberikan kepada orang lain dari harta suaminya kecuali dengan ijin suaminya. (HR. Ahmad)
Nabi bersabda: “Tidak dibenarkan manusia sujud kepada
manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan
memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak)
suami terhadap isterinya. (HR. Ahmad)
Tak jarang seorang istri menganggap hina suaminya karena dia lebih
kaya daripada suaminya. Penghasilannya lebih besar daripada suaminya.
Padahal itu tidak baik.
Siti Khadijah meski beliau lebih kaya daripada suaminya, namun tetap menghormati dan menyayangi suaminya.
Meski seorang suami berkewajiban memberi nafkah bagi istrinya, namun
di zaman sekarang ini banyak suami yang menganggur. Mereka tak dapat
pekerjaan. Meski seorang istri berhak minta cerai, namun ada istri yang
tetap sabar. Meski suaminya menganggur bertahun-tahun, namun dia tetap
sabar. Sebagai gantinya justru dia yang bekerja menghidupi keluarganya.
Meski ada pertengkaran, namun secara keseluruhan istrinya tetap sabar
dan terus memotivasi suaminya sehingga suaminya tetap semangat dan
tidak putus asa. Akhirnya suaminya pun dapat bekerja dengan gaji yang
tidak kalah besar dengan istrinya sehingga bisa menafkahi keluarganya.
Itu jauh lebih baik ketimbang bercerai.
sumber http://media-islam.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar